Mana Yang Lebih Utama Antara Penglihatan dan Pendengaran?
Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim
Mana Yang Lebih Utama Antara Penglihatan dan Pendengaran? adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. pada Kamis, 19 Rabiul Awal 1442 H / 05 November 2020 M.
Ceramah Agama Islam Tentang Mana Yang Lebih Utama Antara Penglihatan dan Pendengaran?
Saat ini kita masih pada di pembahasan segi ke-70 tentang keutamaan ilmu, yaitu keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu. Pembahasan halaman 103 pada kitab العلم : فضله وشرفه).
Pembahasan kita masih pada perbandingan mana yang lebih utama di antara dua anggota badan, yaitu antara penglihatan atau pendengaran. Setelah semuanya sepakat mengatakan hati adalah anggota badan yang paling utama, maka masing-masing dari para ulama ada yang berbeda pendapat dalam masalah ini. Dan masing-masing ada yang berpendapat bahwa pendengaran lebih utama dan ada pendapat yang kedua yang mengatakan pandangan mata lebih utama.
Kemarin sudah kita baca sampai di pembahasan para ulama yang berpendapat bahwa mata lebih utama. Dengan alasan bahwa mata lebih kuat keterikatannya dengan hati. Di antaranya adalah hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
ليس المخبَر كالمعايِن
“Tidaklah orang yang mendapatkan berita sama dengan orang yang menyaksikan langsung.”
Dalam lafadz yang lain disebutkan:
لَيْسَ الْخَبرُ كالْمُعَايَنةِ
“Tidaklah sama berita itu dengan menyaksikan langsung.”
Kelebihan penglihatan daripada pendengaran
Tentu berita kita dapatkan dengan pendengaran. Kalau menyaksikan tentu dengan pandangan mata. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salalm mengatakan bahwa tidaklah sama orang yang mendengarkan berita dengan orang yang menyaksikan langsung. Berarti ini menunjukkan bahwa menyaksikan langsung lebih utama, lebih yakin. Dari sini mereka sebutkan dalil bahwa hadits ini menunjukkan bahwasanya pandangan mata itu lebih utama.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah, Nabi Ibrahim ‘Alaihish Shalatu was Salam, kekasih terdekat Allah ini meminta kepada Allah agar Allah memperlihatkan kepadanya bagaimana Allah menghidupkan makhluk yang telah mati. Dia ingin melihat, berarti menunjukkan bahwa pandangan mata lebih yakin. Padahal dia telah mengetahui dari berita yang Allah sampaikan melalui pendengarannya tentang hal tersebut, tapi dia meminta kepada Allah tingkatan yang paling utama, yaitu ketenangan hati. Ini menunjukkan pandangan lebih utama dibandingkan pendengaran.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ…
“Dan ketika Ibrahim berkata kepada Rabbnya: ‘Yaa Allah, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Eengkau menghidupkan makhluk yang telah mati.’” (QS. Al-Baqarah[2]: 260)
Ini juga dalil yang menunjukkan bahwasanya melihat bisa menjadikan kita lebih yakin dibandingkan hanya sekedar mendengar.
Dalilnya juga mereka mengatakan bahwa keyakinan itu ada tingkatan-tingkatannya. Yang pertama adalah mendengar. Dengan kita mendengar, maka kita sudah yakin. Tapi tingkatan yang lebih tinggi lagi adalah dengan melihat, inilah yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dengan istilah ainul yaqin yang tentu ini lebih tinggi dibandingkan tingkatan sekedar mendengar saja.
Itu di antara dalil yang mereka bawakan. Yang jelas masing-masing dari dua pendapat ini membawakan argumentasinya setelah kita sepakat bahwa dua anggota tubuh ini adalah tempat masuknya ilmu dan dengan hati yang merupakan tempat menampung ilmu.
Kesimpulannya dalam hal ini adalah bahwa masing-masing dari keduanya (pendengaran atau penglihatan) mempunyai kekhususan atau keistimewaan yang dengan itu dia lebih utama dibandingkan yang lain. Ditinjau dari satu segi, pendengaran lebih utama. Ditinjau dari segi yang lain maka penglihatan lebih utama.
Kelebihan pendengaran daripada penglihatan
Adapun yang bisa dijangkau dengan pendengaran, itu lebih luas dan lebih umum. Kita tahu banyak hal-hal yang belum kita lihat tapi bisa kita dengarkan. Hal-hal yang belum kita lihat banyak sekali di dunia ini, apalagi di akhirat, tapi kita bisa mendengar beritanya dan kita yakin adanya padahal kita belum saksikan dengan mata kita. Jadi bahwa yang bisa dijangkau dengan pendengaran itu lebih luas dan lebih umum. Sedangkan yang bisa diketahui dengan pandangan, ini lebih lengkap dan lebih sempurna.
Maka pendengaran punya kelebihan. Yaitu dia memiliki keluasan dan keumuman. Sedangkan penglihatan memiliki kesempurnaan, kejelasan dan ketelitian. Jadi masing-masing punya keistimewaan.
Adapun kenikmatan tertinggi penduduk surga ada dua macam. Yaitu:
- memandang wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala,
- mendengarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pembicaraannya dengan penghuni surga.
Ini kenikmatan penduduk surga. Ketika bertemu Allah mereka memandang wajah Allah dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman langsung kepada mereka.
Sudah dimaklumi bahwa Allah menguapkan salam kepada penghuni surga di surga nanti dan Allah berfirman kepada mereka, ini adalah kenikmatan yang tidak ada satupun yang menyerupainya dan tidak ada yang lebih nikmat bagi penduduk surga melebihi hal tersebut. Berarti dua-duanya punya kenikmatan tersendiri. Pandangan yaitu memandang wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pendengaran mendengarkan Allah mengucapkan salam kepada penghuni surga dan mendengarkan firmanNya.
Jadi dua-duanya ini mempunyai segi keistimewaan tersendiri. Yang jelas bahwa kedua-duanya adalah tempat masuknya ilmu yang kemudian nanti ditampung di dalam hati manusia. Meskipun sebenarnya di dalam pembahasan lain di dalam Kitab Miftah Daris Sa’adah, Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala menyebutkan pembahasan ini dengan lebih rinci lagi dan beliau semacam cenderung menguatkan atau lebih menyebut bahwa yang punya kelebihan itu adalah pendengaran dibandingkan penglihatan. Sampai beliau bawakan bukti bahwa dulunya para ulama Salaf atau orang-orang yang shalih itu lebih banyak (bahkan mayoritas) kalau Allah berikan ujian dengan kehilangan salah satu dari dua anggota badan ini, lebih banyak yang kehilangan penglihatan daripada pendengaran.
Jadi ulama atau orang yang shalih pada zaman dulu yang buta itu banyak. Tapi kalau yang tuli, ini lebih sedikit bahkan sangat sedikit sekali. Kenapa demikian? Karena kalau mereka buta, berarti dia kehilangan pandangannya, tapi telinganya untuk mendengarkan ilmu, bahkan mereka menghafalnya dengan kuat, itu masih tersedia bahkan lebih kuat. Menunjukkan bahwasanya dengan pendengaran mereka lebih baik dan ilmu lebih mereka kuasai. Termasuk yang kita kenal adalah ulama besar kita, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, kemudian Syaikh Abdul ‘Aziz Alu Syaikh dan para ulama besar yang kita ketahui, mereka adalah orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan ujian dengan kehilangan pandangannya, tapi mereka punya punya ilmu yang sangat luar biasa, Allah berikan keutamaan kepada mereka.
Makanya sudah kita sebutkan kemarin, kalau orang kehilangan pandangan matanya, dia banyak terhalangi dari godaan dunia yang demikian gemerlap di pandangan mata manusia. Dan jika masih ada pendengarannya maka dia bahkan justru sering mendengarkan nasihat. Beda kalau seandainya sebaliknya, orang tersebut punya mata, dia bisa melihat gemerlapnya dunia tapi nasihat susah masuk. Maka dalam kitab Miftah Daris Sa’adah sendiri Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala dengan mencontohkan ini, beliau terlihat lebih cenderung ke arah menguatkan bahwa pendengaran itu lebih bermanfaat atau lebih tinggi kedudukannya dibandingkan penglihatan.
Bagaimana penjelasan selanjutnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..
Download MP3 Kajian Tentang Keutamaan Ilmu Dan Orang-Orang Yang Berilmu
Podcast: Play in new window | Download
Download mp3 kajian yang lain di mp3.radiorodja.com
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49346-mana-yang-lebih-utama-antara-penglihatan-dan-pendengaran/